Skip to main content

Hukum Kekekalan Kebaikan




Kembali ke masa sekolah, mata pelajaran Fisika termasuk momok bagi saya. Entah kenapa rasanya susah sekali bagi saya untuk memahaminya. Tidak heran nilai Fisika di raport tidak pernah beranjak dari angka 7 (Ups... ini sebuah pengakuan hehehe). Namun demikian, ada satu hukum yang sampai sekarang nyantol di pikiran saya, dan saya pikir itu juga nyantol di pikiran teman-teman. Yups. Hukum Kekekalan Energi (HKE).

Secara sederhana HKE mengatakan bahwa jumlah energi dari sebuah sistem tertutup itu tidak berubah, ia akan tetap sama. Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan oleh manusia, namun ia dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Jumlah energi yang dikeluarkan adalah sama dengan jumlah energi yang dihasilkan. Perubahan bentuk suatu energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain tidaklah mengubah jumlah energi secara keseluruhan.

Contohnya kita berteriak. HKE mengatakan energi teriakan yang dikeluarkan tidaklah hilang begitu saja, tetapi dia bertransformasi bentuk menjadi bunyi. Jika kita mengukur jumlah energi yang dikeluarkan untuk berteriak, maka hasilnya adalah sama dengan jumlah energi bunyi yang dihasilkan. Kejadian yang sama juga berlaku pada perubahan energi batu baterai menjadi terang sinar senter, tenaga drummer menggebuk drum setara dengan kencangnya bunyi drum yang dihasilkan, serta jumlah bensin yang dihabiskan sama dengan jarak tempuh sebuah kendaraan.

Kalau di dunia Fisika ada HKE, secara paralel di dalam hidup juga berlaku sebuah hukum kehidupan yang saya namakan Hukum Kekekalan Kebaikan [HKK]. Prinsip antara HKK dan HKE adalah sama. Proses kerjanya juga sama. Yang membedakannya adalah konteks dan waktunya.

Konteks HKE mengatakan bahwa kebaikan yang pernah kita lakukan tidak akan hilang begitu saja. Kalau kita berbuat baik pada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali kepada kita. HKE akrab dengan istilah Tabur-Tuai: apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Kalau kita menabur kebaikan, maka kebaikan jugalah yang akan kita tuai. Bahkan kadang jumlah yang kita tuai tidak sama dengan jumlah yang kita tabur, tetapi sering lebih alias berlimpah. Dan itulah kebaikan yang kekal.

Berbicara mengenai waktu, kalau di HKE perubahan energi terjadi seketika itu juga, maka di HKK kerap tidak terjadi secara instan. Jadi sangat jarang sekali, misalnya hari ini kita menolong orang lain, hari itu juga kita menerima buah dari kebaikan kita. Prosesnya sangat misterius dan kita tidak bisa menebak kapan itu terjadi. Kalau memang kita terima segera, bersyukurlah karena memang itu bagian kita. Tapi kalau memang belum waktunya, janganlah ngomel, kecewa, marah, trus akhirnya tidak mau berbuat kebaikan lagi. Semuanya berproses.

Secara ekstrim, kadang kita tidak menerima balasan atas kebaikan yang kita lakukan, bahkan sampai kita meninggal. Lantas ke mana hasil HKK? Apakah itu berarti teori HKK gugur? Jawabannya TIDAK. Lho kok bisa? Iya... karena kerap semua kebaikan kita justru dinikmati keturunan kita alias anak-cucu kita. Pernah alami kejadian seperti ini? Tidak ada angin yang berhembus, tiba-tiba datang kepada kepada kita orang yang berkata dulu kenal dan akrab sama ortu atau kakek kita, lantas mencurahkan kebaikan kepada kita begitu saja. Heran? Jangan, karena itulah Kekekalan Kebaikan :)

* * *

Kalau ada Hukum Kekekalan Kebaikan, berarti ada juga Hukum Kekekalan Kejahatan. Wow... jangan pernah deh melakukan yang satu itu. Makanya, hidup ini harus selalu dipenuhi dengan kebaikan, biar dunia ini semakin indah, cinta bertumbuh, dan kasih bersemai dengan subur. Setuju? Yaksip.

Comments

Popular posts from this blog

Pelatihan Leadership Forum Generasi Baru Bank Indonesia (GENBI) Se-Jawa Barat - Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

Senang bisa menjadi bagian dari Forum Leadership Generasi Baru Indonesia Se-Jawa Barat. Satu pesan yang saya titipkan ke peserta adalah 'secerdas dan sepintar apapun Anda, kalau tidak mampu mengkristalkan ide dan pikiran terbaik Anda dalam bentuk lisan (presentasi) atau tulisan (menulis), maka Anda akan dianggap tidak ada'. Sepakat? Yaksip! ... ... Repost @bank_indonesia_jabar Hi... SobatJabar! Telah berlangsung Leadership Forum Generasi Baru Indonesia se-Jawa Barat, pada 17-18 November 2022 yang bertempat di Hilton Bandung. Bersinergi dengan BI Cirebon dan BI Tasikmalaya, Leadership Forum dihadiri oleh sekitar 400 mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia se-Jawa Barat baik secara daring maupun luring. Seluruh peserta secara aktif mengikuti workshop writing skills dan social media content planning oleh fasilitator yang edukatif dan informatif. Leadership Forum yang diadakan oleh Bank Indonesia untuk Generasi Baru Indonesia ini tidak lain adalah untuk membentuk ...

Radio Talk: Logoterapi

Ketika seseorang menemukan makna hidupnya, maka orang tersebut akan tangguh ketika dihadang sumber stressor. Bukan sekedar bertahan, tetapi bangkit dan mantul. Itulah RESILIENT. Everything can be taken from a man but one thing: the last of human freedoms - to choose one's attitude in any given set of circumstances, to choose one's own way (Viktor E. Frankl)   Thanks Heartline Network untuk kesempatan berbagi. Ganbatte!!! ... #ResilientGeneration #MitraPembelajar #RadioTalk #Resilient #BeResilient #SelfReminder

Radio Talk "Ubah Amarahmu Menjadi Tawa"

https://www.youtube.com/watch?v=KLl9pR3vQEc&t=416s Filsuf Aristoteles pernah berkata bahwa marah itu gampang, tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit.   Apabila marah kita tidak terkendalikan hingga menjadi amarah, kerusakan-kerusakan dalam banyak baik pada diri sendiri maupun orang lain akan terjadi. Yuk... Ubah amarahmu menjadi tawa untuk resiliensi yang tinggi.  .... #RadioTalk #SketsaKeluargaIndonesia #HeartlineNetwork #ResilientGeneration #MitraPembelajar #SharingIsGrowing